• 0811 321 3321
  • admin@binarobbani.sch.id
  • Jl. Cimandala Raya Kav. 30, Sukaraja - Kab. Bogor
  • News

    Menjadi Pribadi Robbani

    syaamiquran.com – Menjadi Pribadi Rabbani – 

    مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

    Tidaklah pantas bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah“. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS Ali ‘Imran 3:79)

    “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

    QS Al-Hajj, 22:41

    Apa itu Generasi Robbani?

    Jadilah pribadi rabbani. Nah, apa itu Rabbani? Salah satu tafsir paling menarik tentang kata Rabbani dalam ayat ini, justru datang dari salah satu tokoh yang paling dirujuk dalam Ilmu Tafsir, Al Imam Ibnu Jarir Ath Thabari. Dalam Jami’ul Bayaan fii Ta’wilil Quraan, Beliau menyebutkan lima hal yang harus dimiliki oleh seseorang Rabbani.

    1. ‘Alim dan Mutsaqqaf

    Seorang Rabbani haruslah seorang berilmu dan berwawasan. Ada semangat belajar yang kuat di dalam dirinya. Ia digerakkan oleh Rabb yang mentarbiyah manusia dengan perantara pena. Ia bergema oleh ayat pertama Iqra’, agar ia tak sekadar membaca kalam-Nya di mushaf dan semesta, tapi memulainya dengan menyebut asma Rabbnya yang telah menciptakan. Agar ia tak hanya menulis, tetapi juga memberikan pencerahan. Agar ia tak sekadar menyusun huruf dan kalimat, tetapi juga merajut benang-benang warna menjadi sebuah corak achaya.

    1. Faqih

    Apa bedanya ‘Alim dengan Faqih? Dalam kata-kata Imam Asy Syafi’I, “Kalian, para ahli hadits, adalah apoteker. Kami, para ahli fiqh, adalah dokter.” Apoteker punya ilmu tentang obat, tetapi tidak memahami kondisi pasien. Dan oleh karena itu, dia tak memiliki otoritas menentukan terapi bagi kesembuhan mereka. Demikian pula bagi Imam Asy Syafi’I, berpegang hanya pada teks seperti lazimnya Ahli Hadits berbuat akan membuat repot pasien, yakni ummat. Diperlukan seorang dokter, seorang Faqih, yang dengan keluasan wawasan, pemahaman terhadap kondisi, mengetahui seluk beluk organ dan interaksi kimianya, bisa merumuskan satu resep, satu fatwa yang tepat.

    Seorang yang Rabbani, mencoba untuk melihat apa yang ada di balik sesuatu, mendengarkan yang tak terucapkan, dan menilai dari berbagai sisi yang tak selalu linear. Seorang ‘Alim mungkin saja lahir dari ruang berisik buku-buku, tetapi seorang Faqih muncul di tengah orang ramai yang menghadapi banyak persoalan.

    1. Al Bashirah bis Siyasah

    Seorang yang Rabbani, memiliki kedalaman pandangan tentang politik. Politik Islam adalah seni mengelola urusan publik agar manusia merasa indah beribadah dan mampu menjadikan setiap aktivitas mereka sebagai ibadah. Dia mampu mengelolah sebuah kebijakan yang membuat orang kaya merasa terjamin hartanya dan gembira menunaikan kewajibannya. Kebijakan itu membuat orang miskin merasa tenteram sekaligus bersemangat dalam etos kerja.

    1. Al Bashirah bit Tadbir

    Seorang yang Rabbani juga memiliki kedalaman pandangan dalam hal manajemen. Dia tahu bagaimana menempatkan suatu sumber daya pada posisi yang tepat.

    5. Al Qiyam bis Su-unir Ra’iyah li Mashlahatid Dunyaa wad diin

    Poin ini adalah implementasi dari poin ketiga dan keempat. Kata kuncinya adalah kepedulian pada kepentingan public. Seorang yang Rabbani memiliki peran dalam menegakkan kepentingan masyarakat banyak dalam kerangka kebaikan dunia dan agama. Ada advokasi, ada penyantunan, ada pelayanan, ada peningkatan kesejahteraan, dan ada kebijakan yang membuka peluang-peluang kebaikan.

    5. Al Qiyam bis Su-unir Ra’iyah li Mashlahatid Dunyaa wad diin

    Poin ini adalah implementasi dari poin ketiga dan keempat. Kata kuncinya adalah kepedulian pada kepentingan public. Seorang yang Rabbani memiliki peran dalam menegakkan kepentingan masyarakat banyak dalam kerangka kebaikan dunia dan agama. Ada advokasi, ada penyantunan, ada pelayanan, ada peningkatan kesejahteraan, dan ada kebijakan yang membuka peluang-peluang kebaikan.

    Itulah orang-orang Rabbani.

    Sumber: https://www.syaamilquran.com/menjadi-pribadi-rabbani/

    Leave a comment

    × Chat kami?